KAU (Curhatan Bung Ucok)
Kau adalah keinginan yang mencekam. Kau lemparkan kepastian demi keraguan sebab kau adalah pencarian yang tak pernah usai. Kau dan dunia merajut indah pagi ini tatkala kau berhasil mempertemukan rindu dan sayang pada satu peraduan. Sesekali membawa sejuk dan nuansa indah. Kini ada tembok pemisah buat dua komposisi itu. Layaknya kuasa tirani, aku tak berdaya. Tidak, aku tidak akan lupa pada wajah yang penuh teka-teki. Semakin kuberjalan, semakin aku tahu bahwa aku tidak banyak tahu akan lakon ini. Utopis kataku, bagaimana tidak ? Hati kecil ini membuat suatu peta besar dengan detail akurasi rumit pada level harapan. Harapan itu tentang penantian diujung aksara jalan yang sama. Benar, kini saatnya bergeser dan melangkah dari zona sepi itu. Sudah beberapa hari ini dia menggerayangi dan menggelitikuu. Bukankah jalan hidup adalah nuansa yang harus dibayar. Bersama fragmen-fragmen yang telah kuhancurkan pada negasi, sebuah keyakinan telah lahir, yah aku tak akan lupa pada romanmu. Pada akhirnya tulisan belepotan ini terakumulasi pada ucapan terima kasih. Terima kasih atas senyum dan segala kebaikan selama ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar