“Sesungguhnya di tangan para pemuda
terletak segala urusan umat dan di kakinya terletak kehidupan umat.”
Jakarta,
84 tahun silam. Sekelompok pemuda terpelajar dengan latar organisasi kepemudaan
beberapa daerah dan agama mengakhiri pertemuan mereka dengan menyatakan sebuah
ikrar tentang tanah air, bangsa, dan bahasa: Indonesia
Peran
pemuda dalam kehidupan berbangsa dan bernegara selalu berada di garda terdepan
sebagai pengawal dinamika kehidupan bangsa. Dari berdirinya negeri ini hingga
harus berjibaku mengawal rezim politik penguasa.
Reaktualisasi
nilai-nilai Sumpah Pemuda akan terus diuji oleh kompleksitas dan tantangan
zaman. Spirit Sumpah Pemuda bukan sesuatu yang bersifat statis, melainkan
dinamis dan dialektis
Momentum
sumpah pemuda biasanya digunakan banyak orang untuk mengembalikan semangat
persatuan pemuda Indonesia dengan berbagai cara, seakan tidak pernah habis
bangsa ini membahas momentum persatuan, layaknya kenangan indah yang sayang
untuk dilupakan.
Harapan perubahan dan pembaharuan menjadi benang merah sejarah yang menghubungkan pemuda masa kini dengan pemuda tempo dulu. Harapan agar gerak pemuda terus membaik senantiasa mengelora dalam peringatan sumpah pemuda setiap tahunnya.
Harapan perubahan dan pembaharuan menjadi benang merah sejarah yang menghubungkan pemuda masa kini dengan pemuda tempo dulu. Harapan agar gerak pemuda terus membaik senantiasa mengelora dalam peringatan sumpah pemuda setiap tahunnya.
Begitu banyak persoalan yang membelit para pemuda hari ini. Mulai
dari degradasi karakter, munculnya kembali perjuangan yang hanya bersifat
kedaerahan, meredupnya kepemimpinan dan ketokohan, gersangnya kehidupan
intelektual, dan semakin menurunya peran sosial di masyarakat
Bergulirnya reformasi telah merubah banyak hal dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara. Perubahan itu juga hendaknya membuat kita menjadi
lebih cerdas dan dinamis didalam membaca realitas zaman, termasuk pemuda
tentunya sehingga akan lahir orang-orang baru dan cita-cita baru yang mampu
memberikan perubahan menujua arah yang lebih baik kedepannya.
Gie
menulis, “Di Indonesia hanya ada dua pilihan, menjadi idealis atau apatis. Saya
sudah lama memutuskan harus menjadi idealis sampai batas sejauh-jauhnya.”
Idealis atau apatis, dua kata yang menjadi cermin bagi para pemuda sekarang
ini. Termasuk idealis atau apatiskah kita?
Bicara
konteks saat ini pantas jika kita diagnosa kondisi pemuda saat ini memiliki penyakit
yang sangat kronis “apatisme”. Apatisme pemuda era sekarang telah menjebak
pemuda dalam pusaran tiada akhir dan menumpulkan idealisme.Hal inilah yang
membuat kondisi pemuda saat ini agak “alay”yang semakin di perparah dengan
berkembang biaknya K-POP,shuffle dance,gangnam style,boy band dan girl band. Jika
pemuda sudah terkonstruk dengan hal-hal seperti ini apa jadinya bangsa ini? Pengaruh
bangsa asing yang datang ke Indonesia ternyata menjadi racun bagi kehidupan
para pemuda kita. Semangat pemuda dahulu kini seakan luntur ditelan bumi dan
saat ini hanyalah tinggal sejarah atau cerita yang selalu kita
bangga-banggakan. Perilaku konsumtif yang saat ini menjadi virus meluluhkan
rasa nasionalisme kita terhadap produk dalam negeri yang dahulu pernah
dikampanyekan “cintai produk Indonesia”.
Pemuda
sebenarnya merupakan sosok yang paling memiliki power untuk mengarungi
sendi-sendi kehidupan bangsa dan negara ke depan. Pemuda jualah yang menjadi
harapan untuk mengkritik setiap-setiap kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan
oleh pemerintah dan memberikan solusi yang cerdas untuk mengatasi permasalahan.
Pemuda dapat dikatakan sebagai generasi pelanjut dan pelurus.
Maka
kini saatnya kita menyatukan diri berhimpun bergerak bersama menciptakan sebuah
perubahan yang meskipun kecil tetapi dapat menginspirasi serta menggerakkan
orang lain agar segera tercipta Indonesia yang sejahtera. Bergerak tidak hanya
mengenang, berbuat tidak hanya mengingat, dan jadilah solusi dari permasalahan
tidak hanya sekedar wacana.