Dengan NamaNya
dan KehadiranNya di segala ahwal, sungguh keberadaan sesuatu mungkin di dalam
dirinya mungkin tidak di dalam dirinya. Contoh keberadaan sesuatu yang di dalam
dirinya adalah KeberadaanNya. Sedangkan keberadaan segala substansi dan aksiden
ditinjau dari bahwa keberadaan tersebut adalah sejenis relasi antara hal-hal
yang mungkin adalah keberadaan yang tidak di dalam dirinya sendiri, mereka
semua hanyalah citra dan bebayangan; dengan dirinya sendiri mereka semua
bukanlah sesuatu dan bukanlah kenyataan.
Sedang dalam
sekalian alam, yang tak lain adalah ManifestasiNya, terdapat tiga hal primer
yang "menyusun" realitas, yakni, keberadaan (eksistensi), quiditas
(esensi), kemenjadian (yang merepresentasikan "gerak" atau
"perubahan"). Maka apakah yang diciptakan atau dibuat-Nya? Apakah Ia
membuat ketiga-tiganya ataukah Ia hanya membuat beberapa di antara ketiganya?
Maka, sungguh
secara hakiki Ia membuat eksistensi (kopulatif) segala, dan tak membuat
quiditas maupun kemenjadian. Quiditas maupun kemenjadian hanyalah efek
aksidental pancaran (pembuatan) eksistensiNya. Allah adalah Cahaya Langit dan
Bumi. Sungguh quiditas hanyalah ada dalam fikiran, karena dalam realitas suatu
efek atau akibat tak pernah bisa dipisahkan dengan sebabnya, sedang quiditas
suatu hal sebagai sebab dapat dipisahkan dengan quiditas hal yang menjadi
akibatnya. Kemenjadian, yakni perubahan dari satu quiditas menjadi quiditas
lain pun, hanya ada dalam fikiran.
Maha Suci Dia,
Yang Melimpahkan DiriNya, yakni WujudNya, pada sekalian alam dan sungguh
sekalian alam tak lain adalah "bayangan"Nya. Maha Suci Dia, Yang
Membuat segalanya adalah keberadaan, dan sungguh semua keberadaaan bukanlah
selain diriNya tapi bukan pula diriNya. Maha Suci Dia, Yang Membuat segala
keberadaan "kopulatif" (al-wujud ar-robith) dan hanya Dia-lah
Keberadaan Murni tanpa kebutuhan, tanpa relasi dengan apa pun, tanpa
keterbatasan, Sempurna Mutlak dalam Ketunggalannya.
Maha Suci Dia,
yang membuat segala kejamakan tak terlepas dari KetunggalanNya, bahkan adalah
Manifestasi KetunggalanNya, bisu-lah, terkuncilah mulut-mulut, lidah-lidah dan
pena-pena yang hendak mengungkapkanNya, sungguh Dia menyaksikan bahwa Tiada
Tuhan selain Dia, yang tak pernah menyentuhnya fikiran para pemikir dan
renungan para perenung. Anugerahilah, Duhai Dia, Mata KetunggalanMu yang tak
lain adalah DiriMu, yang dengannya kutatapi Keagungan Samudera KeberadaanMu.
Amin.
Dan Dia Lebih
Mengetahui
Dengan NamaNya
dan KehadiranNya di segala ahwal, sungguh keberadaan sesuatu mungkin di dalam
dirinya mungkin tidak di dalam dirinya. Contoh keberadaan sesuatu yang di dalam
dirinya adalah KeberadaanNya. Sedangkan keberadaan segala substansi dan aksiden
ditinjau dari bahwa keberadaan tersebut adalah sejenis relasi antara hal-hal
yang mungkin adalah keberadaan yang tidak di dalam dirinya sendiri, mereka
semua hanyalah citra dan bebayangan; dengan dirinya sendiri mereka semua
bukanlah sesuatu dan bukanlah kenyataan.
Sedang dalam
sekalian alam, yang tak lain adalah ManifestasiNya, terdapat tiga hal primer
yang "menyusun" realitas, yakni, keberadaan (eksistensi), quiditas
(esensi), kemenjadian (yang merepresentasikan "gerak" atau
"perubahan"). Maka apakah yang diciptakan atau dibuat-Nya? Apakah Ia
membuat ketiga-tiganya ataukah Ia hanya membuat beberapa di antara ketiganya?
Maka, sungguh
secara hakiki Ia membuat eksistensi (kopulatif) segala, dan tak membuat
quiditas maupun kemenjadian. Quiditas maupun kemenjadian hanyalah efek
aksidental pancaran (pembuatan) eksistensiNya. Allah adalah Cahaya Langit dan
Bumi. Sungguh quiditas hanyalah ada dalam fikiran, karena dalam realitas suatu
efek atau akibat tak pernah bisa dipisahkan dengan sebabnya, sedang quiditas
suatu hal sebagai sebab dapat dipisahkan dengan quiditas hal yang menjadi
akibatnya. Kemenjadian, yakni perubahan dari satu quiditas menjadi quiditas
lain pun, hanya ada dalam fikiran.
Maha Suci Dia,
Yang Melimpahkan DiriNya, yakni WujudNya, pada sekalian alam dan sungguh
sekalian alam tak lain adalah "bayangan"Nya. Maha Suci Dia, Yang
Membuat segalanya adalah keberadaan, dan sungguh semua keberadaaan bukanlah
selain diriNya tapi bukan pula diriNya. Maha Suci Dia, Yang Membuat segala
keberadaan "kopulatif" (al-wujud ar-robith) dan hanya Dia-lah
Keberadaan Murni tanpa kebutuhan, tanpa relasi dengan apa pun, tanpa
keterbatasan, Sempurna Mutlak dalam Ketunggalannya.
Maha Suci Dia,
yang membuat segala kejamakan tak terlepas dari KetunggalanNya, bahkan adalah
Manifestasi KetunggalanNya, bisu-lah, terkuncilah mulut-mulut, lidah-lidah dan
pena-pena yang hendak mengungkapkanNya, sungguh Dia menyaksikan bahwa Tiada
Tuhan selain Dia, yang tak pernah menyentuhnya fikiran para pemikir dan
renungan para perenung. Anugerahilah, Duhai Dia, Mata KetunggalanMu yang tak
lain adalah DiriMu, yang dengannya kutatapi Keagungan Samudera KeberadaanMu.
Amin.
Dan Dia Lebih
Mengetahui
Tidak ada komentar:
Posting Komentar